Posts filed under ‘KLIPING’
Ponari dan Kesehatan
Dianing Widya Yudhistira, novelis
Sumber : Republika, Selasa 17 Februari 2009
Beberapa waktu lalu, media massa ramai memberitakan fenomena Ponari, bocah berumur 10 tahun dari dusun Kedungsari, Balongsari, Kecamatan Megaluh, Jombang. Bocah itu mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit. Cara penyembuhannya jauh berbeda dengan praktik dokter pada umumya.
Ponari yang masih duduk di bangku sekolah dasar ini hanya menggunakan batu ajaibnya yang dicelupkan ke air yang dibawa pasien. Dengan meminum air yang sudah dicelup batu itu, segala penyakit sembuh. Seperti dalam dunia dongeng, kabar dukun cilik dengan batu ajaibnya itu menyebar ke penjuru Jombang dan sekitarnya. Maka, berduyun-duyun warga Jombang dan sekitarnya mendatangi rumah sang dukun cilik. Jumlahnya sangat mencengangkan. Mencapai ribuan. Di televisi, bisa kita lihat betapa mereka berdesak-desakan demi kesembuhan penyakit yang didera. (lebih…)
Perempuan Mencari Tuhan: Novel Sastra yang Berkisah Tentang Reinkarnasi
Oleh Fahmi Alathas
Sumber: Suara Karya, Sabtu, 24 Mei 2008
Setelah beberapa waktu lalu menerbitkan novel teranyar berjudul “Sintren”. Penulis yang satu ini (Dianing Widya Yudhistira), kembali membukukan novel terbarunya yang berjudul “Perempuan Mencari Tuhan”. Novel yang pernah dimuat secara bersambung di Harian Umum Republika dalam rentang waktu (2006-2007), sebelum dipublikasikan dalam bentuk buku oleh penerbit media tersebut.
Dalam novel tersebut, dikisahkan tentang seorang bayi bernama Ganet. Adalah anak Zahra, adik Clara yang lain, yang diyakini Laksma sebagai reinkarnasi Clara, adiknya yang meninggal pada usia 13 tahun karena “leukemia”. Laksma pun menuliskan nama “Clara” didada mendiang. Tulisan nama itulah secara ajaib tertera didada bayi Ganet. Ganet yang memiliki keajaiban bisa bicara diusia 4 tahun. Dan memiliki kelebihan mampu membaca peristiwa atau musibah apa yang akan terjadi di masa depan. (lebih…)
Gong Bolong, Sisi Lain Kemilau Depok
Oleh Adek Alwi
Dikutip dari Suara Karya, Sabtu, 23 Februari 2008
SEBUAH kumpulan puisi diluncurkan akhir Januari 2008 lalu di Depok. Judulnya “Gong Bolong-Antologi Penyair Depok”. Apa, atau di mana menariknya; toh sejak dulu sudah ada antologi puisi berembel nama kota atau daerah, seperti “Antologi Puisi Penyair Kedu”, atau Yogya, atau Tegal, Purwokerto, Kudus dan sebagainya?
Pertama, setahu saya, karena ini antologi karya sastra pertama yang menyertakan nama kota Depok. Padahal, dibanding Tangerang yang riuh-gempita dalam atlas sastra Tanah Air satu dekade terakhir, misalnya, Depok barangkali lebih kaya menyimpan kaum sastrawan. Di kota ini bermukim Rendra, Sapardi Djoko Damono, Gerson Poyk, Hamsad Rangkuti, Adri Darmadji Woko, Danil Ilyas, Hardjana HP, Diah Hadaning, Arief Joko Wicaksono, Sitok Srengenge, Arya Gunawan, Mustafa Ismail dan seterusnya. (lebih…)
Peluncuran Gong Bolong, Sepuluh Penyair Depok Membaca Puisi
Sumber: Tabloit Parle 14 Februari 2008
PARLE – Depok, diam-diam menjadi kota penyair. Dalam obrolan santai dengan Sitok Srengenge, ia menyebutkan Rendra dan Sapardi Djoko Damono tinggal di kawasan Depok. Dari dua tokoh itu sudah cukup bagi predikat Depok. Dan bukankah Sitok Srengenge yang penyair juga tinggal di Depok? (lebih…)
Dianing Widya Yudhistira Usung nilai-nilai keperempuanan
Sumber: Monitor Depok, 24 Januari 2008
Dalam karya-karyanya, tersirat begitu tinggi kepedulian penyair berkerudung yang tinggal di Vila Pamulang, Blok Dj-7/8, Kelurahan Pondok Petir, Sawangan ini, terhadap dunia pendidikan dan nilai-nilai keperempuanan.
Penulis kelahiran Batang, Jawa Tengah, 6 April 1974 ini, kepada Monde, mengaku mulai menyukai tulis menulis sejak duduk di bangku Sekolah Dasar. “Tapi baru berani ngirim tulisan ke media massa sewaktu SMEA. Dan pertama kali dimuat di tabloid Bahari terbitan Semarang,” katanya. (lebih…)
Situs si Oneng bikin termangu
Sumber: Monitor Depok, 1 Februari 2008
Perhelatan geliat seni sastra pembacaan puisi dan peluncuran buku antologi puisi Gong Bolong, buah karya 10 penyair Depok, Rabu (30/1) malam, di Zoe Cafe bilangan Margonda, berlangsung sukses.
Sejumlah pelaku seni berkaliber nasional menyem patkan hadir dalam kesempatan itu.Sejumlah pelaku seni berkaliber nasional menyempatkan hadir dalam kesempatan itu.Saking ramainya, tak sedikit hadirin yang tidak kebagian bangku dan harus rela berdiri menyaksikan suguhan pertunjukan. Acara dibuka dengan degungan musik dari kesenian tradisional khas Kota Depok, Gong Si Bolong yang pernah berjaya di masanya. (lebih…)
Gus, Acep, dan Farida Penulis Terbaik
Sumber: Kompas, Sabtu, 19 januari 2008
JAKARTA, KOMPAS – Tiga penulis terbaik di bidang sastra, Gus tf Sakai, Acep Zamzam Noer, dan Farida Susanty, Jumat (18/1) malam di Atrium Plaza Senayan, Jakarta, dinyatakan sebagai pemenang dan meraih Penghargaan Sastra Khatulistiwa 2007-2008 masing-masing untuk kategori prosa, puisi, dan penulis muda berbakat.
”Sudah tujuh tahun Khatulistiwa Literary Award (Penghargaan Sastra Khatulistiwa) membuka jalan bagi terciptanya landasan susastra yang kokoh. Dan pencapaian hari ini merupakan sebuah ikon kesusastraan yang mempresentasikan keunggulan Indonesia dalam bidang sastra. Penghargaan ini digagas untuk membantu bagaimana penulis terus menulis,” kata Richard Oh, salah seorang penggagas Penghargaan Sastra Khatulistiwa. (lebih…)
Seraup Gizi buat Pujangga
buku
Sumber: Koran Tempo, Minggu 20 Januari 2008
Mekanisme penjurian masih dipertanyakan.
Setelah tertunda satu bulan, prosesi pengumuman pemenang Penghargaan Sastra Khatulistiwa 2007 berjalan sama seperti tahun lalu. Jumat malam lalu, di sebuah mal di Jakarta, tanpa banyak basa-basi, apalagi baca puisi atau diskusi, para pemenang penghargaan sastra berhadiah terbesar di Tanah Air itu diumumkan. Kering dan datar.
Tak meleset dari dugaan, pemenang kategori prosa jatuh kepada Gus tf Sakai dengan kumpulan cerpennya, Perantau. Kategori puisi menjadi milik Acep Zamzam Noor dengan kumpulan puisinya, Menjadi Penyair Lagi. Adapun kategori baru, penulis muda, digenggam Farida Susanty, 18 tahun, lewat buku Dan Hujan pun Berhenti. (lebih…)
Khatulistiwa Awards untuk Gus TF Sakai dan Acep Zamzam Noer
Sumber: Sinar Harapan, Sabtu 19 Januari 2008
Jakarta – Tiga penulis terbaik di bidang sastra, Gus TF Sakai, Acep Zamzam Noer, Farida Susanti dinyatakan sebagai peraih penghargaan Sastra Khatulistiwa 2007-2008. Para pemenang diumumkan di Atrium Plaza Senayan, Jumat (18/1) malam. Ketiga penulis terbaik ini masing-masing untuk kategori prosa, puisi dan penulis muda berbakat. Gus TF Sakai menang melalui buku Perantau dengan penerbit Gramedia Pustaka Utama.
Untuk mendapat penghargaan bergengsi ini, Gus TF harus menyisihkan empat finalis lainnya yaitu Andrea Hirata dengan karya Edensor, Cok Sawitri dengan karya Janda dari Jirah, Seno Gumira Ajidarma dengan karya Linguae, dan Dianing Widya Yudhistira dengan karya Sintren. (lebih…)
Buku Terbaik Versi KLA
Sumber: Tabloid PARLE, 12 Januari 2008
Untuk yang ketujuh kalinya, sejak 2001, Khatulistiwa Literary Award (KLA) menyelenggarakan anugerah buku sastra tahunan, di pengujung 2007 ini. Buku-buku yang dinilai terbagi atas prosa dan puisi, dihitung sejak Juni 2006 sampai dengan Mei 2007. Untuk tahun ini, hadiah ditambah untuk kategori peserta muda dengan buku pertama mereka.
Demikianlah, pada bulan Oktober 2007 telah terpilih 10 kandidat dengan istilah Long List. Menjelang akhir November dari 10 diperas menjadi 5 kandidat (short list) untuk prosa dan puisi, tetapi bagi pengarang dengan buku pertama (di antaranya Happy Salma dengan kumpulan cerpen Pulang) tetap bertahan 10 kandidat. Penobatan pemenang utama untuk ketiga kategori akan diumumkan pada 18 Januari 2008 di atrium Plaza Senayan, sekaligus penyerahan hadiah sebesar masing-masing 100 juta rupiah, dan 50 juta rupiah untuk kategori buku pertama. (lebih…)
Khatulistiwa Literary Award untuk Buku Prosa dan Puisi Terbaik
Sumber: Kompas Cyber, Minggu, 13 Januari 2008
JAKARTA, KOMPAS – Untuk mendukung kemajuan sastra Indonesia, lebih khusus lagi untuk memberikan rangsangan kepada penulis dan penerbit menghasilkan karya-karya bermutu, Khatulistiwa Foundation, 18 Januari mendatang di Atrium Plaza Senayan, Jakarta, akan mengumumkan buku prosa dan puisi terbaik dan berhak atas Khatulistiwa Literary Award. (lebih…)
Perspektif Jender dalam Sastra Islam
Sumber:
Republika, Minggu, 30 Desember 2007 (bagian pertama), Minggu, 06 Januari 2008 (bagian kedua/terakhir)
Perspektif Jender dalam Sastra Islam
Bagian pertama dari Dua Tulisan
BSW Adjikoesoemo, alumnus Filsafat UGM
Ketua Forum Indonesia Bangkit
DEWASA ini fenomena sastra Islami, terutama fiksi Islami, kerap menjadi wacana dalam berbagai forum diskusi dan media massa. Namun, sejauh ini belum ada tulisan atau diskusi yang secara khusus menyorot tentang perspektif jender dalam sastra Islami. Pembicaraan lebih banyak menyorot fenomena, potensi pasar, dan kekuatannya sebagai wacana alternatif untuk ‘menandingi’ fiksi sekuler yang belakangan juga marak di Indonesia dan umumnya ditulis oleh kaum perempuan. (lebih…)
Sastra Harus Kembali ke Fitrahnya
Sumber: Jurnal Nasional, Minggu 30 Desember 2007
—–
Dianing Widya Yudhistira tidak pernah menduga Sintren,
novel debutan awalnya, akan masuk ke dalam jajaran
nominator peraih anugeran sastra Khatulistiwa 2007.
Banyak orang menduga ia menulis Sintren karena
terinspirasi dari Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad
Tohari. Tapi ternyata tidak demikian adanya. Batang,
Pekalongan, tempat kelahirannya memberi Dian inspirasi
untuk menulis Sintren dengan beragam masalah yang
menyelubunginya: mulai dari soal kesenian daerah yang
telah punah, perjuangan perempuan, sampai dengan
kemiskinan yang melilit masyarakat di sana. Dianing
menuturkan gagasan serta saujananya tentang sastra dan
kebudayaan kepada Jurnal Nasional di sela-sela
kesibukannnya merampungkan novel terbarunya.
—-
Anda, melalui novel Sintren, dinominasikan sebagai
penerima anugerah sastra Khatulistiwa pada tahun ini. Bagaimana perasaan Anda? (lebih…)
Demokratisasi Pasar
Ilham Khoiri
Sumber: Kompas, Minggu, 30 Desember 2007
DUNIA sastra di Indonesia tahun 2007 diwarnai makin menguatnya pasar dan industri penerbitan. Sejumlah novel tercetak belasan kali dengan angka penjualan mencapai ratusan ribu eksemplar. Uniknya, pengarang karya sastra “pop” itu berasal dari luar lingkaran komunitas sastra “serius” yang biasa kita kenal.
Salah satu nama yang menyedot perhatian adalah Andrea Hirata. Tiga novelnya yang diterbitkan Bentang, Yogyakarta, mencapai rekor penjualan tinggi. Hingga akhir tahun 2007 ini, novel Laskar Pelangi (yang terbit pertama kali pada September 2005) sudah dicetak 15 kali dengan total sekitar 200.000 eksemplar. Sang Pemimpi (cetakan pertama Juli 2006) terjual sekitar 30.000 eksemplar, sedangkan Edensor (cetakan pertama Mei 2007) laku sekitar 15.000 eksemplar. (lebih…)
Suami Istri Luncurkan Bareng Buku Sastra
Sumber:
Suara Merdeka CyberNews Minggu, 16 Desember 2007 : 12.46 WIB
Serang, CyberNews. Pasangan suami-istri penulis sastra, Mustafa Ismail dan Dianing Widya Yudhistira meluncurkan bukunya masing-masing di Perpustakaan Daerah Provinsi Banten, Jalan Saleh Baimin Nomor 6, Serang, Banten, Sabtu (15/12). (lebih…)
Pemenang Khatulistiwa Diumumkan 18 Januari
<I>Sumber: Koran Tempo Rabu, 19 Desember 2007</I>
Jakarta: Pengumuman pemenang ajang penghargaan buku sastra Khatulistiwa Literacy Award (KLA) 2007 diundur menjadi 18 Januari 2008. Seharusnya pengumuman pemenang dilaksanakan pada 18 Desember 2007. Ketua Tim Juri Donny Gahral Adian mengatakan penundaan itu disebabkan oleh tempat pelaksanaan kegiatan tersebut, yakni Plaza Senayan, yang penuh pada waktu yang direncanakan sebelumnya. (lebih…)
KOMENTAR