Posts filed under ‘Dibalik novel SINTREN’

Dibalik Proses Kreatif Novel Sintren

TIGA hari lalu saya mendapatkan pesan pendek ke ponsel. Isinya sedikit memuji jika novel Sintren begitu tersaji dengan bahasa yang sangat detail. “Apakah mba Dianing, dulu pernah menjadi Sintren?” Begitu akhirnya pertanyaan muncul. Saya tersenyum membacanya. Saya sampaikan pada dia, bahwa novel Sintren saya tulis berdasarkan pengalaman masa kanak-kanak saya.

Sintren atau penari sintren sendiri yang menjadi adalah teman saya semasa sekolah dasar dulu. Dia, yang akhirnya saya sematkan dengan nama Saraswati itu teman seangkatan saya, hanya saja lain sekolah dasar.
Dia adalah orang yang pertama kali saya wawancarai, bagaimana dulu ketika ia menjalani proses atau ujian untuk menjadi sintren. Tak setiap perempuan bisa menjadi sintren. Ia harus mampu melalui ujian. Nah ujian itulah yang saya jadikan bagian dalam novel Sintren.
(lebih…)

Agustus 25, 2010 at 6:54 am Tinggalkan komentar

Hati, Jiwa dan Rasa.

SINTREN merupakan novel yang penuh kejutan buat saya. Novel perdana itu termasuk novel yang paling mudah menggarapnya. Saya menuliskannya dengan sangat mengalir. Seolah jari-jari tangan dengan otak saya berhubungan sangat kuat. Saya menuliskannya seperti tanpa memikirkannya. Hati, jiwa dan rasa saya yang dominan bekerja. Mungkin karena Sintren sudah lama mengendap jauh sebelum saya serius menekuni dunia kepenulisan.

Saya beruntung, dalam proses terbitnya bertemu dengan editor yang cerdas serta jujur. Dia tak segan mengkritik, mengkoreksi. Saya yakin editor novel Sintren sangat paham dengan budaya tradisi, kehidupan sosial wong Jawa, juga paham dengan geografi Jawa. (lebih…)

Agustus 13, 2010 at 1:31 am Tinggalkan komentar

Tanah Air, Batang

SEJAUH mana pun kaki melangkah, tak akan pernah tanah air hilang dalam ingatan. Bahasa, makanan khas, kenangan masa kanak-kanak senantiasa mengkristal dalam diri. Seperti halnya kota kecil, Batang. Kota yang seringkali membuat saya harus menambahkan nama Pekalongan, agar lawan bicara saya tahu letak kota itu. Bayangkan saja sama-sama dari Jawa Tengah saja, ada teman yang merasa asing ketika saya menyebutkan nama kota kelahiran saya. (lebih…)

Agustus 2, 2010 at 4:24 am 4 komentar

Si Miskin

DI mana pun tempat, si miskin kurang mendapat ruang. Baik untuk pelayanan kesehatan dan pendidikan, misalnya. Untuk pendidikan saja sekolah mahal produk pemerintah, tak memungkinkan bagi si miskin untuk bisa menikmatinya. RSBI jelas hanya bisa dinikmati oleh anak-anak orang kaya. Biaya masuknya sering membuat orang tercengang.

Bagaimana si miskin dalam novel Sintren? Zaman saya sekolah dasar dulu ada sebagian orangtua yang kesulitan menyekolahkan anaknya. Menunggak SPP sampai tiga bulan sering saya dengar. Herannya banyak dari mereka malah anak-anak yang cerdas. Saya ingat mereka yang tak bisa sekolah sampai ke SMP hingga SMA sering karena alasan ekonomi. (lebih…)

Juli 7, 2010 at 7:29 am 2 komentar

Ikan Segar

MENDAPATKAN ikan segar di Batang sangat mudah. Setiap hari laut Batang memberikan berkah bagi penduduk sekelilingnya. Hasil laut melimpah, TPI atau Tempat Pelelangan Ikan tak pernah sepi dari transaksi.
Sekali waktu di pagi menjelang siang, bapak suka ke laut yang jaraknya dua setengah kilo dari rumah. Bapak menggunakan sepeda kumbang. Tak lama, kurang dari satu jam bapak pulang dengan membawa ikan segar. Mak, saya memanggil ibu saya segera memasak ikan itu. Tak jarang bapak memasaknya dengan membakarnya. Hm, ikan bakar dari ikan segar selalu menerbitkan selera, apalagi bapak tak sayang menaruh bumbu. (lebih…)

Juni 25, 2010 at 2:01 pm Tinggalkan komentar

Timun Mas

DI halaman pertama novel Sintren saya sisipkan sedikit dongeng Timun Mas dan raksasa. Pada cerita ini Saraswati yang ingin sekolah berhadapan dengan Mak yang melarang Saraswati ke sekolah. Mak memintanya untuk membantu menjemur ikan di Klidang. Sikap mak yang garang mengingatkan Saraswati pada dongeng Timun Mas.

Timun Mas adalah salah satu dongeng yang saya gemari semasa masa kanak-kanak saya. Saya membacanya di perpustakaan sekolah, salah satu ilustrasinya adalah gadis kecil yang berlari dengan wajah pucat dengan setengah menengok ke belakang. Di belakang sana raksasa sangat besar hendak melumat Timun Mas.
Oleh ibunya Timun Mas dibekali beberapa benda, yang saya ingat adalah jarum, terasi, garam dan apa lagi ya …. lupa. Dengan bekal itulah raksasa akan terhalangi mengejar Timun Mas. Setiap benda yang dilempar Timun Mas akan berubah menjadi hutan bambu, lumpur bahkan lautan. (lebih…)

Juni 4, 2010 at 5:01 am Tinggalkan komentar

Sepanjang Klidang

KLIDANG adalah salah satu nama tempat di Batang yang saya gunakan sebagai setting novel SINTREN. Di Klidang ini pula penulis Goenawan Mohammad berasal. Saya sendiri berkenalan dengan catatan pinggir beliau sejak duduk di kelas empat sekolah dasar, sampai sekarang setiap Senin saya masih terus membaca catatan pinggirnya di majalah Tempo yang selalu dibawa suami. (lebih…)

Mei 10, 2010 at 3:21 am 2 komentar

Sintren

MENULIS bagi saya sudah menjadi bagian dalam hidup saya, meski dulu banyak orang dekat saya yang memandang sebelah mata dengan pilihan saya ini. Di keluarga hanya ibu orang yang pertamakali memberi lampu hijau kepada saya. Bapak adalah orang yang menentang saya meski akhirnya mendukung saya, bahkan ikut membantu saya dalam menulis. Misalnya menjadi salah satu narasumber saya dalam menulis novel Sintren. (lebih…)

April 30, 2010 at 4:08 am Tinggalkan komentar

Diskriminasi Terhadap Perempuan

DALAM masyarakat Jawa, perempuan seringkali mendapatkan perlakuan yang kurang adil dalam beberapa hal, misalnya pendidikan. Perempuan Jawa seringkali harus mengalah dengan saudara laki-lakinya. Orangtua seringkali memprioritaskan pendidikan pada anak laki-laki ketimbang perempuan. Alasan mereka, toh pada akhirnya perempuan itu berada di rumah. Mengurus suami dan anak, jadi anak perempuan tak perlu sekolah tinggi. (lebih…)

November 16, 2009 at 3:40 am 4 komentar

Menghilangkan Kesenian Tradisional

sintren.dpgSeorang pembaca novel Sintren mengeluh kepada saya, jika salah satu tarian yang dulu menjadi kebanggaan kampungnya sekarang hampir menghilang. Tari Jaipongan, begitu ujar teman saya itu, kurang diminati kaum remaja. Dia berharap masih ada generasi muda yang masih peduli dengan budaya bangsa yang sesungguhnya selalu eksotik. (lebih…)

November 3, 2009 at 3:37 am Tinggalkan komentar

Sintren, Tarian Beraroma Magis

sintren.dpgADA seorang pembaca dari luar Jawa, menanyakan tarian sintren itu seperti apa. Saya mencoba menjawabnya sejelas mungkin. Untuk menjadi penari Sintren, seorang gadis harus melewati semacam ujian, apakah dia mampu untuk menjadi sintren atau tidak. (lebih…)

Oktober 22, 2009 at 3:37 am Tinggalkan komentar

Dari Sebuah Cerpen

NOVEL Sintren bermula dari sebuah cerpen yang saya tulis dengan niat mengirimkannya ke harian Republika. Waktu itu saya sedang berada di Batang. Sebuah harian nasional menarik perhatian saya dan membacanya di rubrik budaya. Di situ terdapat seorang seniman yang melestrikan salah satu budaya lokal. Seingatku bukanlah sintren, tetapi saat itu pikiran saya tergerak untuk menulis tentang sintren.
Cerpen Sintren saya buat dalam waktu singkat dan saya langsung mengirimkannya ke Republika. Dalam hitungan minggu cerpen itu dimuat di harian yang sama di bulan Oktober 1998. Saya menulis puisi, cerpen, juga laporan jurnalistik sejak 1992. Tak ada target tahun berapa saya akan menulis sebuah novel, hanya saja beberapa nama membuat saya terinpirasi untuk menulis novel. (lebih…)

Oktober 8, 2009 at 12:50 pm Tinggalkan komentar


http://novelweton.co.cc

INI BUKU SAYA, BACA YA…

Image and video hosting by TinyPic NOVEL TERBARU

Novel Nawang bercerita tentang perjuangan hidup seorang perempuan. Tokoh novel ini lahir dalam keluarga yang penuh gejolak. Ia ingin mendobrak sejumlah kebiasan di kampungnya yang dianggap membuat perempuan tidak maju dan hanya puas menjadi ibu rumah tangga. Novel seharga Rp 35 ribu ini bisa didapatkan di toko-toko buku, seperti Gramedia, Gunung Agung, toko-toko buku online atau langsung ke Penerbit dan Toko Buku Republika penerbit di Jalan Pejaten Raya No. 40 Jati Padang Jakarta Selatan Telp. 021-7892845 dan faks 021-7892842.

NOVEL SEBELUMNYA

Novel Perempuan Mencari Tuhan karya Dianing Widya Yudhistira ini bercerita tentang reinkarnasi dan keresahan seorang perempuan dalam mencari Tuhan. Novel ini dapat diperoleh di toko buku terdekat, toko buku online, atau langsung ke penerbit dan toko buku Republika di Jalan Pejaten Raya No. 40 Jati Padang Jakarta Selatan Telp. 021-7892845 dan faks 021-7892842.



Novel Sintren masuk lima besar Khatulistiwa Award 2007. Novel karya Dianing Widya Yudhistira bercerita tentang seni tradisi Sintren yang makin hilang. Novel ini sekaligus menyuguhkan drama yang menyentuh: perjuangan seorang perempuan, pentingnya pendidikan dan potret kemiskinan yang kental di depan mata. Selain di toko buku dan toko buku online, juga dapat diperoleh di Penerbit Grasindo.

ARSIP

KALENDER

Mei 2024
S S R K J S M
 12345
6789101112
13141516171819
20212223242526
2728293031  

TELAH DIBACA

  • 130.642 kali

Kategori