Posts filed under ‘Dibalik Liontin Amery’
Ditraktir Fira
SEBELUMNYA tak pernah saya duga jika kelak Maghfira Meutia Dewi mampu menulis cerpen. Ketika kelas dua SD dia memang sudah menunjukkan minat di bidang seni. Mulanya dia suka menulis puisi dan menggambar. Untuk puisi saya tak menemukan, jika Fira punya bakat di situ. Saya pun tak begitu respek ketika dia mulai menulis puisi. Fira tampaknya sangat berminat, akhirnya pelan-pelan saya beri dia masukan soal tema-tema yang bisa diangkat dalam membuat puisi. Lagi-lagi Fira seperti tak menunjukkan bahwa tulisannya adalah puisi.
Beberapa kali Fira mencoba mengirim ke media ternama di Koran nasional, tetapi beberapa kali juga tak dimuat. Akhirnya dia memutuskan sendiri untuk tidak mau mengirim puisi lagi ke media. Ia mencoba menggambar. Beberapa kali dia mengirimkan karyanya ke majalah anak, tetapi tak satu pun dimuat. Dia mutung lagi, nggak mau mengirim lukisannya dan berhenti menggambar.
(lebih…)
Fira, Sekolah dan Menulis
MINGGU pertama memasuki SMP terasa berat bagi Fira Meutia. Setiap guru berlomba-lomba memberi tugas, pekerjaan rumah. Buku paket juga belum semuanya terbagi.
Saya ingat betul semua guru setiap mata pelajaran selalu memberi tugas. Akhirnya PR hari Senin, hari pertama bagi Fira sebagai siswa SMP ada empat mata pelajaran. Hari kedua dan ketiga sama. Semua guru memberi tugas. Meski pun pengumpulan tugas itu sampai minggu depan, tak pelak Fira mengeluh.
“PRnya banyak banget.” (lebih…)
Telepon Pagi Hari
FIRA bisa bernapas agak lega, karena hari itu selesai sudah semua ujian sekolah ia lalui. Sekarang waktunya libur sekolah sambil menunggu pengumuman kelulusan sekaligus pengumuman penerimaan siswa baru di salah satu SMPN.
Sudah jadi lagu wajib bagi Fira bangun teramat siang jika libur sekolah, tetapi pagi ini dia seperti dapat ilham untuk bangun lebih pagi. Baru saja keluar kamar dan duduk santai ponselnya berdering. Fira hanya berujar ya dan ya, rupanya dia disuruh datang ke sekolah untuk difoto bersama buku Liontin Amery yang baru saja terbit.
“Mau dibikin banner bun, untuk acara penerimaan siswa baru di Nurul Hidayah,” ujarnya sambil masuk ke kamar mandi. (lebih…)
Si Sulung Jadi Pengarang
SEJAK Januari kemarin Maghfira Meutia Dewi atau ia biasa menulis dengan nama Fira Meutia sebagai nama pena, disibukkan menghadapi ujian akhir kelulusan. Setiap hari Selasa hingga Jum’at pihak sekolah mewajibkan masuk jam enam pagi untuk mendapatkan pelajaran tambahan, biasanya berupa latihan soal-soal.
Saya ingat zaman saya sekolah dasar dulu tak sesibuk anak-anak zaman sekolah sekarang dalam menghadapi ujian akhir. Saya melihat Fira ikut lelah sendiri, bayangkan saja usai mengerjakan soal smesteran anak-anak tidak langsung pulang. Guru wali kelasnya memberikan lagi pelajaran dengan label pemantapan untuk mata ujian esok hari. Saya sangat memaklumi usaha pihak sekolah, kebijakan UN sebagai penentu kelulusan memang memberi efek kepanikan bagi guru, orangtua dan murid. Saya tak jarang melarang Fira untuk membuka buku pelajaran, karena ia praktis terus belajar tanpa jeda sejak bulan Januari. (lebih…)
KOMENTAR