Sintren, Tarian Beraroma Magis
Oktober 22, 2009 at 3:37 am Tinggalkan komentar
ADA seorang pembaca dari luar Jawa, menanyakan tarian sintren itu seperti apa. Saya mencoba menjawabnya sejelas mungkin. Untuk menjadi penari Sintren, seorang gadis harus melewati semacam ujian, apakah dia mampu untuk menjadi sintren atau tidak.
Bagi gadis yang tak mampu menjadi penari Sintren, saat diuji oleh pawang sintren, biasanya akan menjerit-jerit minta tolong atau pingsan. Biasanya sang gadis disuruh duduk di atas kursi kecil, atau dingklik dengan ditutupi sangkar ayam. Sebaliknya bagi gadis yang tenang-tenang saja saat diuji, tidak menjerit atau berteriak apalagi pingsan, artinya dia lolos. Saya pernah mewawancarai sintren yang gagal, mengakui saat itu melihat katak teramat besar.
Gadis yang akan menari pertama-tama didandani dengan memakai kain jarik dan kebaya, lalu dimasukkan ke dalam karung, diikat kuat-kuat, lalu ditutup dengan sangkar ayam. Setelah ditutup, para panjak atau pengiring lagu-lagu dalam sintren berdendang. Dalam waktu sangat singkat sangkar dibuka. Saat dibuka itulah Sintren sudah berganti busana dan dandanan, tak ketinggalan kacamata hitam dalam ukuran besar.
DWY
Entry filed under: Dibalik novel SINTREN.
Trackback this post | Subscribe to the comments via RSS Feed