Fira, Sekolah dan Menulis
Agustus 12, 2010 at 4:09 am Tinggalkan komentar
MINGGU pertama memasuki SMP terasa berat bagi Fira Meutia. Setiap guru berlomba-lomba memberi tugas, pekerjaan rumah. Buku paket juga belum semuanya terbagi.
Saya ingat betul semua guru setiap mata pelajaran selalu memberi tugas. Akhirnya PR hari Senin, hari pertama bagi Fira sebagai siswa SMP ada empat mata pelajaran. Hari kedua dan ketiga sama. Semua guru memberi tugas. Meski pun pengumpulan tugas itu sampai minggu depan, tak pelak Fira mengeluh.
“PRnya banyak banget.”
Minggu pertama saya pikir Fira sedang dalam proses menyesuaikan diri. Dulu ketika masih sekolah dasar, jelas tugas jauh lebih ringan. Hanya saja menginjak minggu ke dua, saya mulai terusik. Cara guru memberi tugas seperti kurang memperhatikan kondisi kejiwaan anak-anak. Bagaimana pun usia anak sekolah SMP masih dalam masa transisi. Belum beranjak dari masa kanak-kanak. Belum bisa dia diberi tugas terlampau banyak. Terlebih lagi minggu kedua di hari Selasa, empat mata pelajaran ulangan semua. Senin malam dia masih mengerjakan tugas Kimia. Akhirnya ada sebagian murid yang protes kepada guru, soal pemberian tugas. Mudah-mudahan didengar.
Puncaknya ketika Fira pulang menjelang maghrib karena ada pelajaran tambahan, yakni renang. Dia pulang dengan hampir menangis. Saya merasa ada yang nggak beres. Usai maghrib saya ajak dia bicara dari hati ke hati. Apakah mau pindah sekolah ke swasta, atau ikut home scholing, agar ia tetap bisa menulis seperti kegemarannya selama ini. Saya katakan ke Fira, ia tak perlu masuk sepuluh besar. Fira selalu peringkat pertama atau ke dua di sekolah dasar dulu. Dia termasuk ambisius untuk menjadi yang pertama di kelasnya.
Saya katakan pada dia, akan jauh lebih bagus jika dia punya karya di luar sekolah. Menjadi penulis. Hari itu juga, bersama Fira saya membuat jadwal kegiatan dia untuk besok.
“Jangan belajar melulu, lalu melupakan menulis,” begitu saya menyampaikan keinginan saya. Saya ingin dia bisa belajar juga bisa berprestasi di luar sekolah.
“Sayang bukan kalau karena sibuk belajar, menulismu terbengkalai?”
Fira sejenak tercenung.
“Sudah malam ini tutup buku. Buka laptop, FB-an lalu buat satu alenia saja, terusin novelmu itu,” pinta saya. Fira menurut. Malam itu dia tak belajar, dia buka Fbnya yang selama dua minggu tak sempat dibuka. Usai FB-an dia meneruskan novelnya.
Esok hari dia meminta tandatangan saya di sebelah nilai ulangan mata pelajaran. Saya tersenyum nilai dia sempurna. Sepuluh.
“Ini cerdas, tapi bunda jauh lebih bangga lihat kamu jadi penulis.” Tanpa sadar mungkin saya terlampau berharap dia terus jadi penulis. Saya tarik lagi garis lurus ke belakang, Fira sangat suka membaca dan menulis. Salah satu keinginannya adalah menjadi penulis. Karenanya satu laptop khusus kami berikan buat dia. Saya lihat dia sangat enjoy ketika menulis. Semoga saya tak memaksa dia untuk terus menulis.
Pelan-pelan Fira mulai mengatur antara belajar dan menulis. Ia memutuskan tak pindah sekolah. Kami memasukkan dia ke sekolah reguler karena pertimbangan waktu. Dia belajar sampai pukul 13.40. Sedang sekolah swasta di sekitar kami tinggal, paling cepat pulang pukul 15.00. Saya ingin dia tak terlalu lama menghabiskan waktu di sekolah. Bagi kami prestasi di luar sekolah jauh lebih menjanjikan, tentu prestasi di sekolah juga seyogyanya punya.
Fira mulai menulis lagi setelah hampir satu bulan tak sempat menulis. Hingga hari pertama Ramadhan tahun ini, kabar baik menghampiri kami, buku perdananya, Liontin Amery dicetak ulang pada Juli 2010 kemarin. Cetakan pertama April 2010.
Saya lihat Fira menemukan kembali spiritnya untuk menulis. Satu naskah novel tengah dia selesaikan. Satu buku kumpulan cerpen sedang saya baca, untuk kemudian dikirim ke penerbit lagi. Semoga karya-karyanya mampu menginspirasi bagi anak-anak dan remaja lainnya.
Terimakasih untuk pembaca Liontin Amery, terimakasih kepada DAR Mizan (KKPK) yang telah memberinya kesempatan dan kepercayaan, dengan diterbitkannya Liontin Amery. Salam.
Entry filed under: Dibalik Liontin Amery.
Trackback this post | Subscribe to the comments via RSS Feed