Alue Vera
November 25, 2009 at 12:00 pm Tinggalkan komentar
SOSOK Sri dalam novel Weton, Bukan Salah Hari saya gambarkan sosok perempuan yang ayu. Salah satu kelebihannya ada pada rambutnya. Terurai panjang, hitam dan bercahaya. Sri rajin merawat rambutnya dengan daging alue vera atau lidah buaya.
Dulu bulek suka menanam lidah buaya untuk merawat rambutnya yang selalu digerai. Bulek memang suka memanjangkan rambut sampai ke punggung. Bulek termasuk kembang desa di kampung, he he. Setidaknya ini menurut pengamatanku semasa kecil dulu. Setiapkali aku diajak bulek jalan-jalan ke Alun-alun Batang selalu saja ada pemuda yang menggoda bulek. Bulek hanya menanggapinya sambil tersenyum dan berlalu begitu saja.
Suatu ketika kami hendak kliwonan, tiba-tiba ada yang menyenggol lengan bulek. Tanpa aku duga bulek mengambil batu yang ada di rel kereta api dan dilempar dengan emosi penuh, ke pemuda yang menggodanya. Pemuda itu kena dan dihampirinya bulek, aku takut bukan main, tetapi bulek dengan percaya diri memarahi pemuda itu. Orang-orang tertuju ke kami. Waktu itu aku masih di bangku sekolah dasar. Bulek memang cantik, ayu tetapi paling tak suka diremehkan.
Untuk merawat rambut bulek menggunakan daging lidah buaya. Maka dulu di rumah nenek di bagian ruang untuk mencuci baju dan menjemur baju, ada di tengah-tengah rumah dan tanpa atap. Jadi kalau kami sedang berkumpul di ruang tengah, kami bisa menikmati langit lepas. Di ruang yang cukup luas itu berjejer puluhan pot yang semuanya ditanami alue vera atau lidah buaya. Tak ada jenis bunga lain di situ, hanya lidah buaya.
DWY
Entry filed under: Dibalik Novel WETON.
Trackback this post | Subscribe to the comments via RSS Feed